Indonesia diambang resesi ekonomi, kenapa bisa begitu..? karena ketika Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami penurunan dan pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal beruntun atau lebih dalam satu tahun maka akan berpotensi terjadi resesi ekonomi. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa; proyeksi ekonomi kuartal ke III pada tahun 2020 mengalami minus antara 2,9 % hingga minus 1,1 % lebih dalam angkanya dari proyeksi awal yang ada pada kisaran minus 2,1 % sampai dengan 0 %. Adapun keseluruhan pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun akan berada di kisaran minus 1,7 % hingga minus 0,6 %. Dilihat dari ekonomi makro pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami pelambatan bahkan menurun cukup tajam akibat dari penyebaran virus covid-19 yang semakin merajalela.
Pemerintah sudah mengantisipasi dan menerapkan beberapa kebijakan dalam penanganan dan dampak dari adanya covid-19 di Indonesia. Kebijakan fiskal dan moneter juga diterapkan sebagai langkah dan upaya pemerintah dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi agar tidak terlalu terdepresiasi. Dari kebijakan fiskal pemerintah melakukan realokasi dan refocusing dana APBN sebesar Rp. 62,3 triliun, dana tersebut diambilkan dari anggaran perjalanan dinas, belanja non operasional, honor-honor, untuk penanganan/pengendalian sosial (social safety net) dan insentif dunia usaha. APBD juga diharapkan di-refocusing dan realokasi untuk ketiga hal tersebut. Menyalurkan bantuan kepada masyarakat yang terdampak karena pandemi covid-19 melalui kartu prakerja, karyawan yang terkena PHK, bantuan permodalan bagi UMKM, mengurangi beban pajak oleh wajib pajak yang produksinya cenderung menurun bahkan sampai gulung tikar dan meningkatkan produksi pertanian untuk menjaga ketahanan pangan. Untuk kebijakan moneter BI (Bank Indonesia) berupaya selalu menjaga nilai tukar rupiah agar tidak terdepresiasi melemah.
Tingginya pengangguran akan memicu meningkatnya kriminalitas di tanah air. Pemerintah mengambil langkah dengan menyiapkan pelatihan ketrampilan dan juga bantuan agar para buruh atau karyawan yang terkena PHK dapat berwira usaha sehingga mampu menekan tingginya jumlah pengangguran. Untuk menghidupkan sektor mikro ekonomi, diminta kepada masyarakat untuk membeli produk-produk dalam negeri terutama produk dari UMKM agar roda perekonomian masyarakat terus berputar. Menunbuhkan kembali jiwa gotong royong dan rasa cinta tanah air, karena tanpa adanya semangat gotong royong pemerintah sendiri tidak akan mampu dan efektif menghadapi resesi ekonomi. Orang yang kaya dan mampu hendaknya dapat membantu kepada yang kekurangan agar kesenjangan sosial tidak tampak nyata. Khususnya di daerah Jawa Timur UMKM memang sebagai andalan dalam mendukung perekonomian daerah, Gubernur terdahulu Sukarwo atau yang dikenal Pak De Karwo telah membangun perekonomian berbasis kerakyatan yaitu menghidupkan Koperasi dan UMKM agar dapat survive ditengah perekonomian global dan ternyata terbukti bahwa UMKM mampu bertahan ditengah krisis ekonomi dibandingkan dengan pengusaha sekala besar.
Ada beberapa cara atau strategi dalam menghadapi resesi ekonomi yang dilansir dari Forbes dan Antara:
1. Kurangi konsumsi belanja dan tanggung jawab memikirkan orang yang dicintai
2. Tingkatkan kapasitas dana darurat
3. Meningkatkan penghasilan
4. Belanja dari orang terdekat
5. Cari pemasukan sampingan
6. Bayar hutang bunga yang tinggi
7. Terus berinvestasi
8. Penuhi kebutuhan pangan dengan budi daya sendiri
Selain hal tersebut diatas pemerintah juga harus menggenjot penyerapan anggaran yang bersumber dari APBN untuk dibelanjakan secara riil agar perekonomian dapat berputar, karena jika perekonomian stagnan maka perputaran pasar akan melemah bahkan dapat mengalami kelumpuhan. Belanja operasional dan juga belanja modal yang berupa proyek-proyek harus terus berjalan, tentunya dengan memperhatikan protokol kesehatan yang ketat agar para pekerja dilapangan juga aman, sedikitnya dapat mampu mengurangi pengangguran dari para buruh pekerja kasar dilapangan. Ketika aktifitas pelaksanaan proyek pemerintah dapat berjalan sedikitnya arah dari kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah berjalan dengan baik dan maksimal, khusus dana yang tidak dapat terserap dengan cepat agar segera direvisi dan diprioritaskan pada kebutuhan prioritas yang dapat segera bisa direalisasikan proses pencairannya.
Dilihat dari ajaran Islam mestinya ketika menghadapi situasi seperti ini para kongklomerat muslim hendaknya lebih miningkatkan amalan ZIS (Zakat, Infaq dan Shodaqoh) nya, bisa melalui lembaga BAZNAS atau dapat pula memberikan bantuan langsung kepada kaum dhuafa agar masyarakat miskin tidak semakin bertambah, setidaknya mampu bertahan hidup ditengah kesulitan ekonomi dan sulitnya mencari lapangan pekerjaan akibat pandemi covid-19 tersebut. Rasa empati dan gotong royong seperti inilah yang sangat diharapkan dalam rangka menghadapi resesi ekonomi. Wallahu A’lam .
Tulungagung, 24 September 2020
Intokowati
#SahabatPenaKita
#KomunitasLiterasi
Mantab ibu
BalasHapus