Minggu, 23 September 2018

Dua Hari Belajar Bersama Profesor Muhamad


Dua hari yang lalu tepatnya tanggal 20 sampai dengan 21 september 2018 kami mengikuti perkuliahan dari dosen tamu yaitu Profesor Muhamad pada mata kuliah Akuntansi Syari’ah. Perkuliahan dimulai dari pukul 08.00 wib sampai dengan pukul 17.00 wib selama dua hari berturut-turut, istirahat hanya untuk sholat dzuhur dan ashar, terlihat sangat padat namun bagi diri saya pribadi terasa sangat enjoy dan banyak sekali ilmu baru yang didapat, terutama ilmu ekonomi yang dikaitkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan juga As- Sunnah.

Menurut penuturan dari Prof. Muhamad bahwa beliau adalah seorang mualaf 20 tahun yang silam, sebelum masuk Islam bernama  Ma Xing Ping, ibunda beliau adalah seorang keturunan Cina sedangkan ayah beliau adalah berasal dari suku Jawa dan beragama Katholik. Pada perkembangan selanjutnya Muhamad menekuni agama Islam dengan sungguh-sungguh, setelah lulus dari S1: IKIP Negeri Jogyakarta beliau melanjutkan studinya dengan mengambil S2: Magister Studi Islam di UII kemudian melanjutkan S3: Program Doktor Ilmu Ekonomi UII. Dengan latar belakang pendidikan tersebut akhirnya beliau banyak menulis buku-buku tentang Ekonomi Syari’ah.

Sampai dengan saat ini ada 86 buku yang sudah ditulis oleh beliau, berarti menandakan betapa produktifnya dalam membuat sebuah karya tulis, katanya menulis itu persoalan mudah, tinggal kitanya saja yang harus istiqomah. Contoh konkritnya saja, ketika kita kuliah dalam satu semester ada beberapa kali tatap muka, misal ada 8 kali perkuliahan jika satu perkuliahan dirangkum mulai dari pertemuan pertama sebagai pendahuluan BAB I kemudian keduanya menjadi BAB II dan seterusnya sampai akhir semester sudah bisa menjadi buku. Inspiratif sekali hanya saja terkadang kita ini kurang dapat memanfaatkan waktu dengan bijak, padahal kunci keberhasilan itu diawali dari disiplin yang tinggi utamanya dalam membagi waktu agar hidup dapat bermanfaat dan menjadi bermakna. Ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi saya, mesti tidak harus persis seperti itu tapi setidaknya ada sedikit pencerahan dan motivasi untuk menulis entah berbobot atau tidak yang penting belajar istiqomah, mungkin saja dengan pembiasaan akan menjadi terbiasa.

Selama mengikuti alur pikir beliau dalam penyampaian materi, dapat saya rasakan bahwa apapun yang disampaikan pasti dikaitkan dengan dalil-dalil Al-Qur’an, dalam membahas akuntansi syari’ah dasarnya adalah surat al-Baqarah ayat 282 yang didalamnya terkandung maksud bahwa setiap transaksi harus ada pencatatan yang jelas, itu sebagai bentuk antisipasi jika dikemudian hari ada pihak yang lupa atau bersengketa bisa menjadi bukti tertulis. Kemudian didalam ekonomi syariah tidak mengenal bunga karena bunga itu dholim tidak berkeadilan dan berkewajaran, prinsipnya bahwa ketika dia beriman maka dia akan berbuat adil. Didalam sebuah transaksi apabila ada salah satu yang mengandung TAMAN GHADZIRR= Tadlis, Asusila, Maisir, Najasy, Gharar, Haram, Dzulm, Ikhtikar, Riba, Risywah adalah haram.

Islam sebagai pandangan hidup yang komprehensif memiliki konsep ekonomi yang berpotensi memberikan solusi atas kebutuhan manusia secara memuaskan. Didalam Islam ada konsep aqidah, syari’ah dan akhlaq yang ketiganya menjadi suatu kesatuan yang saling mengikat antara satu dengan yang lain. Syari’ah mengatur masalah muamalah kemudian menurun ke public rights, interior affairs, economic, finance dan selanjutnya banking. Semuanya ini bertujuan untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Beliau mengibaratkan jika beli kambing pasti akan dapat talinya tapi jika kita beli tali maka kambing tidak akan diperoleh. Jika kita mengutamakan akhirat pasti kehidupan dunia mengikuti tapi kalau kita hanya mengutamakan urusan dunia belum tentu akhirat dapat diraih. Maka dalam menajemen keuangan muslim hendaknya mengutamakan akherat terlebih dahulu, urutannya adalah:

  1. ZIS (Zakat, Infaq dan Sadaqah)
  2. Kewajiban Hutang
  3. Masa Depan
  4. Makan

Jadi meskipun makan sebagai kebutuhan pokok namun bukanlah menjadi prioritas utama, ada yang lebih dikedepankan ketika ingin mencapai kebahagiaan akhirat yaitu pada point pertama, apabila manejemen tersebut dapat terbangun dengan baik pada setiap muslim insyaallah kebahagiaan di dunia dan akhirat dapat terwujud. Demikian sekilas apa yang bisa saya tangkap dari perkuliahan beliau secara umum. Semoga dapat bermanfaat.
Wallahua’lam

Tulungagung, 23 September 2018
#Intokowati
#Komunitas Literasi IAIN TA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar