Selasa, 11 Agustus 2020

TAJAMNYA PENA MELEBIHI KETAJAMAN SEBILAH PISAU

Judul tulisan ini terkesan anti mainstream, yah begitulah kiranya ketika membaca sebuah headline sebuah berita baik melalui media cetak maupun media online. Kepala berita yang menimbulkan reaksi dan perhatian banyak orang memang menandakan keberhasilan seorang penulis dalam rangka menarik minat pembaca. Berikutnya pembaca akan tertarik melihat isi dari keseluruhan berita ketika melihat tampilan awal dari kepala berita yang mengundang banyak tanda tanya atau menarik untuk diketahui inti dari tulisan yang dipublikasi.

Tulisan yang diposting Malangtimes.com tertanggal, 7 Agustus 2020 pukul 19.46 wib, dengan judul “Tunjangan Tak Cair Ratusan Guru Non-PNS dan Non Sertifikasi Kemenag Gigit Jari” berita itu langsung mengundang reaksi cukup tajam dari pimpinan kami di kantor pusat, khususnya bapak Menteri Agama karena ada tulisan “Kemenag”. Ada pesan WA yang masuk ke hp, tidak menunggu lama saya langsung membaca postingan berita tersebut dengan cermat, mencoba menyambungkan kalimat demi kalimat antara paragraf satu dengan paragraf berikutnya. Memulai paragraf pertama terkesan sedikit provokatif, lanjut ke paragraf berikutnya memang fakta dilapangan kurang lebih benar adanya, menginjak paragraf selanjutnya sangat kontradiktif dan ini yang di posting sehingga menimbulkan praduga yang membuat orang serasa terbawa larut dalam emosi dari tulisan yang disajikan.

Dering telpon tertuju langsung ke pimpinan kami sebagai penanggung jawab seluruh kegiatan dan anggaran, untungnya beliau sangat memahami pokok permasalahan sehingga dapat memberikan jawaban dan klarifikasi kepada pimpinan di tingkat pusat atas pemberitaan baik di media online maupun di televisi meski hanya running text tapi cukup membuat tidak nyaman. Pemberitaan tersebut memang benar namun yang di klarifikasi oleh wartawan Malangtimes.com untuk memperkuat pemberitaan bukan pejabat yang menangani pencairan tunjangan insentif guru madrasah melainkan Kepala Seksi lain, dalam hal ini adalah (Seksi Pendidikan Agama Islam) yang bukan menjadi wilayah juga Tupoksinya, dan memang benar tidak ada anggaran apalagi proses pencairan dana disitu. Semestinya klarifikasi ditujukan ke Kepala Seksi Pendidikan Madrasah yang membidangi itu bukan Ke Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam. Jadi antara pemberitaan dan pernyataan dari pejabat yang dimintai keterangan sangat kontradiktif dengan permasalahan, seperti itu kejadiannya.

Tulisan dapat menimbulkan opini publik yang bermacam-macam, dapat membuat sesuatu menjadi tenar atau terkenal namun juga dapat menghancurkan. Sebilah pisau ketajamannya hanya dapat menyayat satu bagian akan tetapi kalau tulisan dengan satu sayatan lukanya bisa kemana mana. Begitulah dahsyatnya sebuah goresan pena. Seyogyanya penulis harus memiliki sifat bijak dan tabayyun sebelum mempublikasikan hasil dari tulisannya, apakah tulisan tersebut sudah benar dan juga tidak menimbulkan konflik sosial. Ini yang perlu ditanamkan bagi setiap jurnalis di era keterbukaan informasi, yaitu perlunya menerapkan kode etik jurnalistik disetiap pemberitaan yang hendak ditayangkan.

Ketajaman sebuah goresan pena dapat membawa kepada kebaikan, namun dapat pula membawa kepada kesesatan, tergantung bagaimana meramu kata-kata dan juga menggali dari sumber-seumber yang benar dan terpercaya. Rujukan yang benar dapat memperkuat sebuah argumen dari hasil goresan pena yang di publikasi. Ketika sebuah tulisan tidak dapat dipertanggungjawabkan maka akan dapat pula menyeret si penulis ke ranah hukum. Tentunya pada setiap tulisan mengandung beberapa arti, yang antara lain dapat berisi tentang ajakan, himbauan, larangan, pemberitahuan, provokasi, informasi juga yang lain tergantung dari isi dan materi yang disajikan. Selanjutnya kita sebagai penulis perlu memperhatikan hal-hal yang sekiranya dapat menimbulkan polemik dan kerugian bagi diri sendiri, orang lain juga bagi masyarakat, karena dampak yang ditimbulkan dapat beragam. Mari kita terus tingkatkan budaya menulis namun tetap memperhatikan kode etik penulisan. Salam literasi…

Tulungagung, 11 Juli 2020
Intokowati
#SahabatPenaKita
#KomunitasLiterasi

5 komentar: