Peringatan HUT Kemerdekaan RI kali ini memang terasa beda
dari tahun sebelumnya. Istana Negara menggelar Prosesi pengibaran bendera
dengan cara yang sederhana dan tetap mematuhi protokol kesehatan. Jumlah
pengibarpun juga dibatasi, hanya 8 orang pemuda pemudi bangsa yang dipanggil
untuk mengemban amanah sebagai petugas pengibaran dan penurunan bendera sang
saka merah putih. Peserta upacara juga dibatasi, sebagian mengikuti jalannya
upacara secara virtual, pelaksanaan upacara juga dipersingkat, namun semua itu
tidak mengurangi nilai dan semangat memperingati perayaan kemerdekaan RI yang
selalu dinanti oleh seluruh rakyat Indonesia.
Kegiatan masyarakat dalam rangka memeriahkan HUT RI juga
tidak nampak seperti biasanya. Lomba-lomba juga tidak digelar, karnaval kemerdekaan
yang menjadi ciri khas perayaan kemerdekaan juga tidak diselenggarakan, semua
ini karena penyebaran Covid-19 yang semakin hari justru semakin bertambah.
Kemerdekaan di musim pandemi memang sangatlah memprihatinkan. Ada makna yang
terkandung didalamnya, bahwa kita bangsa
Indonesia harus bisa belajar hidup sederhana, menjaga kesehatan diri dan
lingkungannya, tetap berkarya meski dalam situasi yang sulit, serta selalu
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, meskipun tidak harus dengan tatap muka
atau silaturrahmi secara langsung. Ya begitulah gaya hidup saat ini, new normal
atau yang disebut dengan kenormalan baru memang agak ribet.
Meskipun dalam kondisi yang serba terbatas dan sulit, masih
saja ada sebagian masyarakat yang tetap menggelar do’a bersama sebagai bentuk
rasa syukur kehadirat Allah SWT dan juga do’a khusus supaya bangsa Indonesia
segera dibebaskan dari musibah dan balak. Kemerdekaan yang hakiki adalah
manakala kita bangsa Indonesia ini bisa keluar dari kemelut yang melanda negeri
kita. Musuh yang dihadapi memang tidak jelas dan itu akan lebih sulit
mengatasinya ketimbang musuh yang nyata. Meski begitu harus dihadapi dengan
segala macam upaya dan kekuatan dari seluruh komponen yang ada agar dapat
terbebas dan merdeka dalam arti yang sesungguhnya. Pandemi Covid-19 adalah
musuh besar kita saat ini, harus dihadapi bersama.
Selama 75 tahun merasakan kemerdekaan, keluar dari
penjajahan bangsa lain, dengan susah payah para pejuang kemerdekaan RI
meraihnya, dengan seluruh pengorbanan untuk mempertahankan harkat dan martabat
bangsa. Kita sebagai penerus tonggak perjuangan para pahlawan yang telah gugur
mendahului kita, sepatutnya ikut mengenang jasa-jasa mereka, dan ikut
meneruskan perjuangan dan cita-cita luhur para pendahulu kita dengan mengisi kemerdekaan
supaya Indonesia tetap jaya selamanya. Banyak cara yang bisa kita lakukan dalam
mengisi kemerdekaan, dengan belajar yang tekun, menerapkan ilmu pengetahuan dan
ketrampilan yang dimiliki, bekerja giat dan sungguh-sungguh, tolong menolong
dan membantu sesama, selalu menjaga harkat dan martabat bangsa, tetap
mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa demi keutuhan NKRI. Membangun
bangsa juga membutuhkan tenaga dan strategi khusus seperti halnya berperang
melawan musuh, karena musuh besar yang dihadapi adalah kemalasan, kebodohan,
kemiskinan, keterbelakangan, keegoisan, keserakahan, itu semua menjadi momok
yang harus segera disingkirkan, agar dalam membangun dan mengisi kemerdekaan
ini dapat terbebas dari hal-hal buruk.
Dari belajar sejarah di masa lalu hendaknya dapat dijadikan
untuk pembelajaran di masa depan. Kita tidak dapat mengubah masa lalu tapi
dapat memperbaiki dan merencanakan masa depan yang lebih baik, mengambil hikmah
dari setiap kejadian yang terjadi di negeri ini, sebagai pelajaran yang sangat
berharga dan tidak sampai mengulang kesalahan yang sama akan tetapi segera
memperbaikinya. Roda jaman terus berputar mengikuti perputaran waktu,
kehidupanpun juga terus berjalan, jangan terlalu sering menoleh kebelakang
karena kenangan pahit akan selalu menyisakan luka yang mendalam, memikirkan
masa depan jauh lebih penting karena cita-cita leluhur para pendahulu kita
adalah kejayaan bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Dirgahayu Republik
Indonesia.. Salam damai..
Tulungagung, 18 Agustus 2020
Intokowati
#SahabatPenaKita
#KomunitasLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar