Kemaren siang
saya bertemu dengan temen yang sudah cukup lama tidak kelihatan, kangen rasanya
tidak pernah ngobrol bareng lagi, entah mengapa setiap kali bertemu ada saja
yang dibicarakan mulai dari masalah pendidikan, sosial, agama bahkan juga
membicarakan tentang politik. Setiap berdialog pasti terbawa
arus sampai adu argumen, menggunakan logika berpikir, bahkan kadang sampai
gontok-gontokan, kelihatan bak layaknya debat kandidat calon presiden.
Terkadang masalah sepele dibesar-besarkan sehingga jadi seperti sidang DPR. Memang teman saya ini tergolong orang pintar (menurut pandangan
saya), karena beliau seorang guru matematika yang cukup berpengalaman.
Kami
terlibat dialog ringan, tanpa basa basi langsung saja saya lontarkan pertanyaan
mengapa kok lama tidak nongol ke kantor, jawabnya enteng saja "aku wedi karo
sampeyan" (aku takut dengan anda). Loh saat itu saya kaget juga kenapa mesti
takut, kan saya tidak melakukan apa-apa yang bikin ketakutan orang lain.
Ternyata dia takut dicap pembawa virus, padahal sudah di rapid test
berulang-ulang, juga sudah di swab berkali-kali dan hasilnya semua negatif. Klaster
Asrama Haji Surabaya adalah klater paling besar di Jawa Timur sebagai
penyumbang penyebaran covis 19, namun begitu tidak semua dari peserta yang
mengikuti pelatihan haji terinfeksi virus corona, salah satunya adalah teman
saya itu tadi.
Dengan
sedikit bercanda saya mencoba menanyakan kenapa temen yang satu kelas dan satu
daerah ada yang kena dan positif sedangkan anda negatif, padahal ketika itu
tutor/nara sumber penyampai materi berada dalam satu kelas intensif bukan kelas
besar adalah orang pertama yang membawa virus covid 19. Apa mungkin karena anda
perokok sehingga virusnya mati terkena asap rokok ketika mau masuk ke
tenggorokan..? Jawabnya “opo yo ngono yo aku yo nggak faham”, tapi menurut
berita virus itu dapat mati dengan nikotin bahkan di Prancis sudah dilakukan
penelitian tentang nikotin yang bisa mencegah atau membunuh virus corona, hanya
saja racun didalam kandungan nikotin itu sendiri kurang bagus juga untuk
kesehatan karena nikotin mengeluarkan racun yang tidak baik juga buat
kesehatan.
Masih
cerita tentang teman saya meski sudah melalui beberapa kali tes dan hasilnya sudah
dinyatakan negatif tidak berarti di lingkungan masyarakat juga aman. Dalam hal
itu stigma masyarakat terhadap orang yang disinyalir membawa wabah virus ke
dalam lingkungannya seakan merasa dijustifikasi oleh warga sekitar sebagai
penyebar virus, mereka sempat stress dan depresi dengan kondisi semacam ini.
Kondisi seperti ini memang susah diterima baik oleh masyarakat juga oleh yang
bersangkutan, pemahaman masyarakat terkadang juga masih awam tentang adanya
penyebaran virus corona tersebut, sehingga menimbulkan ketakutan dan momok yang
selalu menghantui dimana mereka berada.
Kembali
kepada pertanyaan awal kenapa teman saya tidak terkena Corona ini yang menarik
sabagai bahan kajian. Dia memang seorang perokok berat begitu juga teman yang
satu kamar dengannya juga seorang perokok, namun salah satu dari mereka ada
yang tidak perokok, nah yang unik dan menarik mereka tidak tertular. Apa asap
rokok juga pengusir corona meskipun seorang perokok pasif yang hanya menerima
asap dari rekan-rekannya yang perokok, terbukti dia juga aman dari terinfeksi
virus Covid-19. Kenyataan semacam ini justru berlawanan dengan pernyataan resmi
dari WHO yang dirilis Kompas.com tertanggal 14 maret 2020 dari laman resmi WHO,
Dr. N. Paranietharan WHO Representative to Indonesia menyatakan, “Perokok
beresiko tinggi untuk penyakit jantung dan penyakit pernapasan, yang merupakan
faktor resiko tinggi untuk mengembangkan penyakit parah atau kritis dengan
Covid-19”. Dia kemudian menambahkan, “Karena itu perokok di Indonesia berisiko
tinggi terkena Covid-19”.
Sangat
berlawanan antara penelitian satu dengan penelitian yang lain, sepertinya
memerlukan penelitian yang lebih mendalam terkait dengan hal itu, tentunya
dengan banyak mencari responden juga mencari fakta ilmiah dilapangan sehingga
menghasilkan hasil dan kesimpulan yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan
dari berbagai disiplin keilmuan utamanya dari segi ilmu kesehatan. Merokok
dapat menyebabkan penyakit paru-paru dan jantung akibat dari menghirup nekotin
racun dari tembakau yang masuk ke dalam saluran pernafasan, mungkin virus pun dapat mati ditenggorokan bahkan mungkin sebelum masuk
tenggorokan sudah lemah dan mati karena adanya asap rokok tersebut.
Kami
sebagai orang awam yang kurang memahami tentang ilmu kesehatan tentunya hanya
sekedar mengikuti para ahli dan para pakar yang kompeten dibidangnya. Meksipun
terkadang ada yang terkesan aneh dan lucu, apapun itu yang jelas apa yang
disampaikan oleh pemerintah melalui gugus tugas penangganan Covid-19 tetap dipatuhi,
sosial distancing, physical distancing, memakai masker, cuci tangan, menjaga
kebersihan diri juga lingkungan tetap harus diterapkan. Virusnya tidak terlihat
nyata tapi korbannya nyata dan terus berjatuhan. Di era kenormalan baru serasa
sulit untuk mencegah terjadinya interaksi antara individu satu dengan yang
lain, dimana fasilitas umum sudah mulai dibuka kembali dan masyarakat sudah
mulai membaur. Hanya do’a yang dapat kita panjatkan kepada Allah SWT semoga
pandemi ini segera berakhir dengan menyisakan berbagai macam pelajaran bagi
umat manusia didunia.
Wallahu
a’lam..
Tulungagung,
4 Agustus 2020
Intokowati
#SPK
Tulungagung
#Komunitas
Literasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar