Dalam kehidupan nyata kita sering melihat berbagai macam tingkah laku dan juga ekspresi seseorang dalam beriteraksi sosial dengan orang lain ataupun khalayak umum. Menurut Psikolog dari Surabaya Ratna Sari, M.Psi antara perasaan dan emosi itu berbeda meski terlihat seperti sama. Perasaan lebih menunjukkan respon penginderaan yang berkaitan dengan hubungan fisik dengan lingkungan sekitar tapi kalau emosi adalah justru ungkapan dari perasaan itu sendiri.
Perasaan biasanya memiliki keterkaitan dengan gejala kejiwaan, sedangkan emosi berlebih bersifat independen dan tidak terekait dengan persepsi, emosi dapat muncul secara tiba-tiba tanpa harus dipengaruhi persepsi tertentu. Seorang individu saat merasakan jenis emosi tertentu bisa langsung dengan spontan memunculkan emosinya tanpa harus dipengaruhi oleh persepsi tertentu.
Ketika dihadapkan dalam suatu persolaan respon seseorang kadang begitu jelas terlihat dan terbaca ekspresi melalui mimik atau raut mukanya, bisa ekspresi sedih, cemas, gugup, kecewa, bahagia ataupun bisa biasa saja. Semua itu sebagian dari bentuk ungkapan perasaan yang timbul dari dalam pikiran dan hati yang digambarkan melalui emosi sehingga berpengaruh pada ekpsresi raut muka dan perubahan prilaku. Gejolak yang diakibatkan dari pengaruh di sekitar lingkungan dimana mereka saat itu berada, sangatlah berkontribusi terhadap munculnya emosi seseorang.
Usia tidak bisa dijadikan ukuran bahwa seorang individu mampu mengontrol perasaan juga emosinya. Karakter dan sifat ikut mempengaruhi kejiwaan dan mental seseorang, tergantung seberapa jauh mereka dapat mengontrol dan mengelola perasaan juga emosi. Pengendalian diri sesorang bisa dilatih lewat pembiasaan dimana dia mampu mengolah perasaan dengan menggunakan manajemen qalbunya. Pengetahuan dan pengalaman mungkin bisa sedikit membantu mengolah rasa dan mengelola emosi jiwanya, namun itu tidak mutlak bisa terwujud manakala manajemen qabunya belum tertata dengan baik.
Menurut KH Abdullah Gymnastiar ada beberapa rumus dan konsep manajemen qalbu dalam seni bergaul bahwa aku aman bagimu, aku menyenangkan bagimu, aku juga bermanfaat bagimu. Adapun konsep dasar dari manajemen qalbu ada empat hal pertama ma’rifatullah, kedua manajemen diri, ketiga kepemimpinan dan keempat wira usaha. Mengenai konsep perubahannya yaitu suri tauladan, pendidikan pelatihan dan pembinaan yang sistematis, sistem yang kondusif berkesinambungan dan terakhir kekuatan do’a/ruhiyah. Dan yang tak kalah penting yaitu mampu meredam penyakit hati seperti; takabur, egois, pamer, galak, iri dengki, licik, kiat praktis mengatasi persoalan hidup, siap sebelum terjadi , ridho bila sudah terjadi, jangan mempersulit diri, evaluasi diri dan yang terkhir jadikan Allah sebagai tempat bergantung.
Seorang individu akan menjadi sukses manakala dapat mengontrol diri, mampu mengelola perasaan juga emosi jiwanya. Hal tersebut dibutuhkan bagi seorang calon leader yang sedang berlatih dan menempa diri agar menjadi pribadi yang cerdas, tangguh, santun dan bijaksananya. Pemimpin seperti inilah yang nantinya mampu menciptakan rasa tentram, aman, nyaman dan bahagia. Mereka mampu memberikan kesejukan suasana, membuat kebijakan yang realistis, membuat solusi yang tepat meskipun dalam kondisi sulit dan tidak menentu sekalipun. Terkadang proses pendewasaan diri butuh waktu yang panjang karena setiap individu ada kecenderungan untuk menggulang ulang kesalahan yang sama, sehingga membuat pembetukan mentalnya menjadi berjalan lamban, perlu terus belajar dan terus menata hati unuk menghadapi setiap kemungkinan yang akan terjadi dimasa mendatang.
Berpikir positif akan membantu dalam mengolah perasaan dan mengelola emosi, energi positif mampu menciptakan suasana hati juga suasana lingkungan sekitar menjadi terasa lebih damai dan kondusif. Penulis sendiri juga masih dalam taraf pembelajaran diri dan masih terus berproses mewujudkan manajemen qalbu, tidak semudah kata-kata ataupun goresan pena karena tingkat kestabilan jiwa ditentukan rasa dan rasa dipengaruhi oleh pikiran dan hati. Sebagaimana keimanan seseorang kadang juga fluktuatif tidak menentu, ada pasang surutnya, namun begitu tetap harus ada upaya untuk selalu berjalan di jalan yang lurus menjadi pribadi yang sukses mampu menaklukkan kekurangan diri untuk mencapai kesuksesan hidup yang hakiki.
Wallahu a’lam bi showab.
Tulungagung, 7 Juli 2020
Intokowati
#Komunitas Literasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar