Selasa, 14 Juli 2020

GOTONG ROYONG BEDAH RUMAH MBAH KARTIYEM



Pagi itu hari minggu tanggal 12 Juli 2020 suasana sebelah rumah kami sudah mulai ramai didatangi warga, bukan karena ada ada hajatan atau kejadian perkara melainkan karena ada kegiatan bedah rumah tempat tinggal mbah Kartiyem.  Proyek bantuan untuk bedah rumah dari KODIM 0807 Tulungagung diterimakan dalam bentuk material dan bahan-bahan bangunan sedangkan untuk pengerjaan diserahkan kepada masyarakat dimana mbah Kartiyem berdomisili.

Mbah Kar biasa kami memanggil adalah seorang nenek tua yang sudah lama menjanda, beliau menempati rumah gedek (dinding dari anyaman bambu) yang sudah rapuh dan bolong-bolong seorang diri, anak-anaknya tidak tinggal satu rumah melainkan kontrak di tempat lain, ada juga yang rumahnya di luar Kabupaten Tulungagung. Aktifitas keseharian Mbah Kar adalah berjualan gorengan keliling, dahulu ketika fisiknya masih kuat selain jualan gorengan seperti tahu goreng, pisang goreng, dadar jagung, ketela goreng juga jualan jamu kunir asem, beras kencur. Sekarang kondisi fisik beliau sudah agak menurun sehingga tidak kuat lagi menggendong beban terlalu berat, hanya gorengan saja yang dijajakan keliling kampung.

Bagi saya sosok Mbah Kartiyem adalah wanita tangguh yang jarang mengeluh dengan kondisi dan keadaan hidupnya. Meskipun secara ekonomi tergolong tidak mampu tapi Mbah Kar tidak pernah bergantung kepada orang lain, termasuk juga kepada anak-anak ataupun cucu-cucunya. Kehidupan yang dijalaninya sangatlah mandiri dan sederhana, hasil dari jualan gorengan itulah yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup seperti makan, minum dan kebutuhan lainnya.  Alhamdulillah kondisi fisiknya sangatlah bagus sehingga beliau jarang sakit, mungkin karena aktifitas baik jasmani dan rohaninya selalu tertata menjadikan imunitas tubuhnya selalu terjaga. Pola pikirnya sederhana, selalu menerima apa yang Tuhan berikan, sehingga membuat Mbah Kar wajahnya selalu kelihatan cerah penuh dengan semangat dan optimisme hidup.

Mbah Kar adalah guru saya, beliau banyak mengajarkan arti kehidupan nyata bukan sekedar ilusi atau fatamorgana. Pembelajaran hidup adalah ilmu yang tidak kalah penting dengan ilmu pengetahuan lain, mereka bukan mengajarkan teori-teori yang berat-berat atau dogma yang harus bisa diterima muridnya, namun mereka mengajarkan secara realita bahwa hidup itu sangatlah berharga, untuk dapat bertahan tidak harus selalu bergantung dan mengandalkan orang lain, jiwa mandiri selalu tertanam itu modal yang cukup untuk membuat seseorang mampu bertahan menghadapi berbagai macam cobaan. Meskipun hidup dengan kondisi serba pas-pasan tapi beliau selalu menerima dengan lapang dada, kalaupun pernah berhutang selalu dibayar dan dilunasi. Hal seperti ini yang membuat salut dan angkat topi bahwa semangat hidup dan menerima sebuah kekurangan itu dapat menjadikan seseorang menjadi kuat dan selalu sehat, karena pola pikirnya sederhana tapi maknanya sangat luas dan dalam.

Tidak salah kalau Pak Babinsa dari kelurahan memilih Mbah Kar untuk mendapatkan bantuan bedah rumah, selain kondisi rumahnya memang sudah rusak, mungkin juga ada pertimbangan lain dari tim yang menguatkan agar mbah Kar juga menjadi salah satu dari warga yang menerima bantuan tersebut.  Ketika tim melakukan survei lokasi, ada beberapa tetangga yang dimintai keterangan sebagai penguat data kelayakan penerima bantuan. Partisipasi warga sekitar memang besar dalam mendukung program tersebut, dibuktikan dengan adanya sikap gotong royong dari warga di lingkungan RT kami untuk membantu pelaksanaan mulai dari pembongkaran sampai dengan pembangunan kembali. Seluruh perkerjaan dikerjakan oleh warga bahkan mereka bukan hanya sekedar membatu bekerja, ada yang membawa makanan, minuman juga camilan dari rumah masing-masing. Hal seperti itulah yang dilakukan warga ditempat kami. Meskipun tinggal di wilayah perkotaan namun jiwa dan semangat gotong royong dan saling bantu membatu masih tampak jelas terasa.


Ada beberapa pelajaran berharga yang bisa didapatkan dari peristiwa minggu itu, pertama tentang pentingnya semangat hidup dan yang kedua mewujudkan jiwa sosial dan empati terhadap lingkungan sekitar. Rasa bangga dan juga haru menyeruak di lubuk hati yang paling dalam, ternyata jiwa dan semangat gotong royong bangsa Indonesia masih tetap ada, tidak pernah luntur dan terkikis oleh jaman, hanya kitanya saja yang terkadang kurang perduli dengan keadaan, padahal sejatinya kalau semangat gotong royong itu masih cukup tinggi di kalangan masyarakat pasti persatuan dan kesatuan Republik ini akan selalu tetap terjaga. Masyarakat lebih mengedepankan kepentingan bersama dibandingkan dengan kepentingan ego sektoral. Semua itu bisa terwujud manakala semua unsur dapat saling memahami dan menerima keadaan serta menyikapinya dengan bijak. Entahlah…

3 komentar:

  1. Semoga budaya seperti itu terus ada dalam bangsa Indonesia ya Ibu. Turut haru dengan agenda sosial yang luar biasa tersebut.

    BalasHapus
  2. Terima kasih mbak Ekka, semoga jiwa dan juga semangat seperti ini senantiasa tetap selalu terjaga

    BalasHapus