Kamis, 12 Agustus 2021

The Spirit Of The Writers

 


Sudah cukup lama tidak menulis bukan hanya malas mendera namun karena fisik kurang mendukung sehingga apa yang sekiranya pingin dicatat ataupun ditulis terasa hanya sebatas dalam pikiran dan angan-angan belaka. Malam sabtu tanggal 6 agustus ada pesan masuk dari mbak Anis Zuna yang menanyakan apakah ibu sudah daftar Webinar Literasi Nasional, dan saya balas belum daftar mbak, karena belum mengetahui tentang kabar tersebut. Memang seharian belum sempat buka WA group Sahabat Pena Kita tentunya ada beberapa informasi yang belum terbaca. Dengan mengikuti arahan dari Anis memalui chat akhirnya bisa mendaftar kegiatan Webinar tersebut yang diselenggarakan pada tanggal 7 Agustus 2021 pukul 08.00 wib dengan melalui zoom meeting yang linknya sudah dikirim sebelumnya. Seperti mendapat suntikan spirit sebelum jam 08.00 langsung buka link dan join via zoom yang ternyata sudah banyak anggota yang hadir pada pertemuan tersebut. Acara dimulai dengan diawali sambutan dari ketua umum Sahabat Pena Kita dilanjutkan sambutan ketua IGI (Ikatan Guru Indonesia), dilanjutkan sambutan dari Pembina Sahabat Pena Kita yaitu bapak Prof. Dr. Imam Suprayogo.

Ada beberapa hal yang bisa ditangkap dari apa yang disampaikan oleh beliau bapak Pembina bahwasanya agar tulisan kita itu enak, maka jangan menulis dengan pikiran tapi menulislah dengan yang punya pikiran dan yang punya pikiran itu adalah ruh yang ada di hati maka menulislah dengan memakai hati atau perasaan, bukannya mengabaikan pikiran dalam menulis tapi menulis dengan rasa jauh lebih enak ketika orang membacanya. Jadikanlah menulis sebagai hobby karena kita akan lebih merasa senang ketika menulis bukan malah sebaliknya menjadi beban. Dan jangan menulis hanya semata-mata untuk mendapatkan keuntungan secara materi saja, karena sejatinya katika kita menulis maka umur kita akan menjadi panjang, meski kita sudah mati namun tulisan kita akan selalu hidup dan dikenang orang. Sebagai Pembina Sahabat Pena Kita ketika beliau sering memberikan komentar maupun kritikan pada tulisan anggota namun jangan dianggap memusuhi karena namanya sahabat itu harus saling mengisi dan melengkapi bukan malah dibully ketika memberikan masukan atau kritikan terhadap suatu tulisan. Beliau mengapresiasi dua buah buku yang terbit dengan judul “Intuisi Mata Elang” dan Kitab Kehidupan” dengan harapan kita hendaknya bisa mengambil pelajaran dalam kehidupan.

Dalam bahasan Webinar kopdar ke 7 Sahabat Pena Kita menghadirkan dua orang narasumber yang cukup aktif dalam dunia penulisan yaitu; Prof. Dr, Rd, Mulyadhi Kartanegara dan Heri Hendrayana Harris atau biasa dipanggil dengan Gol A Gong sang Duta Baca Indonesia 2021-2026. Moderator memberikan kesempatan kepada nara sumber pertama yaitu Bapak Mulyadhi Kartanegara untuk menyampaikan beberapa pengalaman sebagai writer tentunya sangat menarik dan menjadi pelajaran sekaligus spirit bagi para penulis pemula yang masih labil dalam dunia tulis menulis. Menurut bapak Mulyadhi motivasi beliau dalam menulis diantaranya adalah untuk mengabadikan hidup, beliau mencontohkan seorang Plato meskipun oarangnya sudah meninggal berabad abad yang lalu, namun tulisannya tetap hidup. Kemudian motivasi menulis berikutnya adalah menyampaikan kebenaran, dalam hal ini kalau perlu juga dengan mengkritik. Menulis itu mengalir tidak ada tekanan karena menulis itu membahagiakan selain itu juga mengabadikan hidup dan menjadikan lentera hidup kita. Menulis itu dengan apa yang kita mengerti jangan menulis dengan apa yang tidak kita mengerti.

Lebih lanjut Prof. Mulyadhi menyampaikan bahwa menulis itu jangan menjadikan beban dan jangan pula mengharapkan sesuatu, ketika menulis ingin menjadi kaya maka ketika tidak bisa kaya dengan menulis maka dia akan berhenti menulis. Begitupula dengan menulis untuk menjadi terkenal maka ketika kita tidak terkenal maka kita akan berhenti menulis. Menurut beliau, menulis itu hanya transenden maksudnya bebas dalam menyampaikan ide dan gagasan secara alamiah dan mampu melampaui batas. Jangan lagi ada beban mental ketika menulis, karena ketika dengan beban mental maka akan terasa sulit untuk menulis, dan ketika menulis harus mampu mengukir kata dan harus juga menguasai grammar, kepekaan grammar sangat dibutuhkan dalam menulis agar tulisannya mudah di pahami orang. Dan jangan menunggu terkenal untuk menulis karena sesungguhnya manusia itu diberikan Allah beberapa potensi yang dapat dikembangkan.

Saat pemateri kedua sayapun tidak dapat mengikuti karena listrik padam dan hp secara kebetulan baterainya drop, sehingga malamnya baru dapat mengikuti lewat youtube yang linknya sudah dibagikan melaui group WhatsApp. Pemateri kedua yaitu dari bapak Gol A Gong sang Duta Baca Indonesia menggantikan Najwa Shihab, ada yang menarik dari beliau meskipun dengan keterbatasan secara fisik namun beliau mampu mengukir prestasi lewat tulisan dan karya-karyanya. Sebagai penggiat literasi Gol A Gong menyuarakan gerakan Indonesia menulis dengan Gempa Literasi. Dalam menulis gunakan metode jusrnalistik 5 W + 1 H ( What, Who, Where, When, Way) + (How) yaitu apa, siapa, dimana, kapan dan mengapa ditambah dengan bagaimana. Penulisan melalui riset akan menghasilkan sesuatu yang faktual selanjutnya membuat outline sekiranya rencana apa yang akan kita tuangkan dalam tulisan. Bapak Gol A Gong dan istri mendirikan Rumah Dunia dengan uang pribadi berupa sebagian dari honor dan penghasilan mereka digunakan untuk membangun dan membiayai Rumah Dunia. Di dalam rumah dunia dihuni oleh beberapa mahasiswa yang tidak punya tempat tinggal hanya numpang di mushola untuk dididik dan diarahkan menjadi seorang penulis.

Gol A Gong menyampaikan kepada anak asuhnya bahwa jangan membuat proposal tapi buatlah Money Follow Program karena dengan kita membuat program akan mendatangkan uang. Dalam rumah dunia ada beberapa program yang dijalankan antara lain berupa bisnis travel agen, Penyusunan naskah film pendek, Sinema TV atau video, orasi literasi, bazar buku, sembako buku, diskusi, pelatihan menulis dll. Dari travel yang beliau kelola mengajak jalan-jalan ke luar negeri seperti ke Singapura, Thailand, Philipphines, Kamboja dan India. Namun jalan-jalan yang dilakukan ya memang benar-benar jalan bukan naik kendaraan dan para traveler tidak diperbolehkan membawa hp karena memang dimaksudkan untuk lebih mengenal lebih dekat suasana di lokasi tersebut, yang nantinya akan dibuat bahan untuk menulis pengalaman selama dia mengikuti perjalan. Sepertinya sangat menyenangkan bisa traveling sambil menghasilkan karya tulis. Dan ada kata-kata yang paling berkesan dari beliau yaitu; “carilah pasangan seorang penulis” dan juga bukan seberapa banyak buku yang anda baca tapi seberapa banyak apa yang kita tulis.

Demikian kegiatan Webinar Literasi Nasional kali ini, apa yang bisa penulis tangkap dan pahami dari beberapa penyampaian para tokoh dan penggiat literasi sekiranya dapat menambah spirit literasi kita agar gempa literasi akan benar-benar terjadi di negeri ini. Semoga bisa istiqomah dalam menulis, dan janganlah menulis dijadikan sebagai beban namun jadikanlah menulis sebagai hobby karena dengan kesenangan menulis maka akan menjadi terbiasa. Salam Literasi

 

Tulungagung, 10 Agustus 2021/ 01 Muharram 1443 H

@Intokowati

#SahabatPenaKita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar