Sudah
cukup lama tidak menulis bukan hanya malas mendera namun karena fisik kurang
mendukung sehingga apa yang sekiranya pingin dicatat ataupun ditulis terasa
hanya sebatas dalam pikiran dan angan-angan belaka. Malam sabtu tanggal 6
agustus ada pesan masuk dari mbak Anis Zuna yang menanyakan apakah ibu sudah
daftar Webinar Literasi Nasional, dan saya balas belum daftar mbak, karena
belum mengetahui tentang kabar tersebut. Memang seharian belum sempat buka WA
group Sahabat Pena Kita tentunya ada beberapa informasi yang belum terbaca. Dengan
mengikuti arahan dari Anis memalui chat akhirnya bisa mendaftar kegiatan
Webinar tersebut yang diselenggarakan pada tanggal 7 Agustus 2021 pukul 08.00
wib dengan melalui zoom meeting yang linknya sudah dikirim sebelumnya. Seperti
mendapat suntikan spirit sebelum jam 08.00 langsung buka link dan join via zoom
yang ternyata sudah banyak anggota yang hadir pada pertemuan tersebut. Acara
dimulai dengan diawali sambutan dari ketua umum Sahabat Pena Kita dilanjutkan
sambutan ketua IGI (Ikatan Guru Indonesia), dilanjutkan sambutan dari Pembina
Sahabat Pena Kita yaitu bapak Prof. Dr. Imam Suprayogo.
Ada
beberapa hal yang bisa ditangkap dari apa yang disampaikan oleh beliau bapak
Pembina bahwasanya agar tulisan kita itu enak, maka jangan menulis dengan
pikiran tapi menulislah dengan yang punya pikiran dan yang punya pikiran itu
adalah ruh yang ada di hati maka menulislah dengan memakai hati atau perasaan,
bukannya mengabaikan pikiran dalam menulis tapi menulis dengan rasa jauh lebih
enak ketika orang membacanya. Jadikanlah menulis sebagai hobby karena kita akan
lebih merasa senang ketika menulis bukan malah sebaliknya menjadi beban. Dan
jangan menulis hanya semata-mata untuk mendapatkan keuntungan secara materi
saja, karena sejatinya katika kita menulis maka umur kita akan menjadi panjang,
meski kita sudah mati namun tulisan kita akan selalu hidup dan dikenang orang.
Sebagai Pembina Sahabat Pena Kita ketika beliau sering memberikan komentar
maupun kritikan pada tulisan anggota namun jangan dianggap memusuhi karena
namanya sahabat itu harus saling mengisi dan melengkapi bukan malah dibully
ketika memberikan masukan atau kritikan terhadap suatu tulisan. Beliau
mengapresiasi dua buah buku yang terbit dengan judul “Intuisi Mata Elang” dan
Kitab Kehidupan” dengan harapan kita hendaknya bisa mengambil pelajaran dalam
kehidupan.
Dalam
bahasan Webinar kopdar ke 7 Sahabat Pena Kita menghadirkan dua orang narasumber
yang cukup aktif dalam dunia penulisan yaitu; Prof. Dr, Rd, Mulyadhi
Kartanegara dan Heri Hendrayana Harris atau biasa dipanggil dengan Gol A Gong
sang Duta Baca Indonesia 2021-2026. Moderator memberikan kesempatan kepada nara
sumber pertama yaitu Bapak Mulyadhi Kartanegara untuk menyampaikan beberapa
pengalaman sebagai writer tentunya sangat menarik dan menjadi pelajaran
sekaligus spirit bagi para penulis pemula yang masih labil dalam dunia tulis menulis.
Menurut bapak Mulyadhi motivasi beliau dalam menulis diantaranya adalah untuk
mengabadikan hidup, beliau mencontohkan seorang Plato meskipun oarangnya sudah meninggal
berabad abad yang lalu, namun tulisannya tetap hidup. Kemudian motivasi menulis
berikutnya adalah menyampaikan kebenaran, dalam hal ini kalau perlu juga dengan
mengkritik. Menulis itu mengalir tidak ada tekanan karena menulis itu
membahagiakan selain itu juga mengabadikan hidup dan menjadikan lentera hidup
kita. Menulis itu dengan apa yang kita mengerti jangan menulis dengan apa yang
tidak kita mengerti.
Lebih
lanjut Prof. Mulyadhi menyampaikan bahwa menulis itu jangan menjadikan beban
dan jangan pula mengharapkan sesuatu, ketika menulis ingin menjadi kaya maka
ketika tidak bisa kaya dengan menulis maka dia akan berhenti menulis.
Begitupula dengan menulis untuk menjadi terkenal maka ketika kita tidak
terkenal maka kita akan berhenti menulis. Menurut beliau, menulis itu hanya
transenden maksudnya bebas dalam menyampaikan ide dan gagasan secara alamiah
dan mampu melampaui batas. Jangan lagi ada beban mental ketika menulis, karena
ketika dengan beban mental maka akan terasa sulit untuk menulis, dan ketika
menulis harus mampu mengukir kata dan harus juga menguasai grammar, kepekaan
grammar sangat dibutuhkan dalam menulis agar tulisannya mudah di pahami orang.
Dan jangan menunggu terkenal untuk menulis karena sesungguhnya manusia itu
diberikan Allah beberapa potensi yang dapat dikembangkan.
Saat
pemateri kedua sayapun tidak dapat mengikuti karena listrik padam dan hp secara
kebetulan baterainya drop, sehingga malamnya baru dapat mengikuti lewat youtube
yang linknya sudah dibagikan melaui group WhatsApp. Pemateri kedua yaitu dari
bapak Gol A Gong sang Duta Baca Indonesia menggantikan Najwa Shihab, ada yang
menarik dari beliau meskipun dengan keterbatasan secara fisik namun beliau
mampu mengukir prestasi lewat tulisan dan karya-karyanya. Sebagai penggiat
literasi Gol A Gong menyuarakan gerakan Indonesia menulis dengan Gempa
Literasi. Dalam menulis gunakan metode jusrnalistik 5 W + 1 H ( What, Who,
Where, When, Way) + (How) yaitu apa, siapa, dimana, kapan dan mengapa ditambah
dengan bagaimana. Penulisan melalui riset akan menghasilkan sesuatu yang
faktual selanjutnya membuat outline sekiranya rencana apa yang akan kita
tuangkan dalam tulisan. Bapak Gol A Gong dan istri mendirikan Rumah Dunia
dengan uang pribadi berupa sebagian dari honor dan penghasilan mereka digunakan
untuk membangun dan membiayai Rumah Dunia. Di dalam rumah dunia dihuni oleh
beberapa mahasiswa yang tidak punya tempat tinggal hanya numpang di mushola
untuk dididik dan diarahkan menjadi seorang penulis.
Gol
A Gong menyampaikan kepada anak asuhnya bahwa jangan membuat proposal tapi
buatlah Money Follow Program karena dengan kita membuat program akan
mendatangkan uang. Dalam rumah dunia ada beberapa program yang dijalankan
antara lain berupa bisnis travel agen, Penyusunan naskah film pendek, Sinema TV
atau video, orasi literasi, bazar buku, sembako buku, diskusi, pelatihan
menulis dll. Dari travel yang beliau kelola mengajak jalan-jalan ke luar negeri
seperti ke Singapura, Thailand, Philipphines, Kamboja dan India. Namun
jalan-jalan yang dilakukan ya memang benar-benar jalan bukan naik kendaraan dan
para traveler tidak diperbolehkan membawa hp karena memang dimaksudkan untuk
lebih mengenal lebih dekat suasana di lokasi tersebut, yang nantinya akan
dibuat bahan untuk menulis pengalaman selama dia mengikuti perjalan. Sepertinya
sangat menyenangkan bisa traveling sambil menghasilkan karya tulis. Dan ada kata-kata
yang paling berkesan dari beliau yaitu; “carilah pasangan seorang penulis” dan juga
bukan seberapa banyak buku yang anda baca tapi seberapa banyak apa yang kita
tulis.
Demikian
kegiatan Webinar Literasi Nasional kali ini, apa yang bisa penulis tangkap dan
pahami dari beberapa penyampaian para tokoh dan penggiat literasi sekiranya dapat
menambah spirit literasi kita agar gempa literasi akan benar-benar terjadi di
negeri ini. Semoga bisa istiqomah dalam menulis, dan janganlah menulis
dijadikan sebagai beban namun jadikanlah menulis sebagai hobby karena dengan
kesenangan menulis maka akan menjadi terbiasa. Salam Literasi
Tulungagung,
10 Agustus 2021/ 01 Muharram 1443 H
@Intokowati
#SahabatPenaKita